Biografi Mohammad Natsir

Mohammad Natsir adalah pribadi yang sederhana dan jauh dari kecintaan terhadap harta dan benda. Dia tidak mau "menghabisi" orang-orang yang tak sepaham dengannya, dengan menghalalkan segala cara. Ia berpolitik dengan kata-kata sopan dan sepantasnya tanpa menimbulkan ketersinggungan pribadi.

Mohammad Natsir adalah guru bangsa, negarawan, pejuang, pemikir, penulis, cendikiawan, budayawan, politikus, pendidik umat, dan mujahid dakwah. Sebagai tokoh internasional yang sudah sejak muda menguasai bahasa Arab, Belanda, Inggris, Perancis, dan latin, beliau dihormati.

Komentar Para Tokoh

"Beliau tiga kali menjadi Menteri Penerangan, dan sekali menjadi Perdana Menteri. Memimpin Masyumi, berjuang melalui PRRI melawan sentralisme yang didukung PKI, dan karena itu habis-habisan direpresi. Mosi integralnya mengukuhkan NKRI. Kesederhanaan beliau tampak ketika menjadi Menteri : Jasnya bertambal, mobilnya DeSoto tua berwarna kusam, bersih dan tertib dalam lalu lintas keuangan. Betapa kita rindu pada cahaya kilau kemilau Pak Natsir."

Taufik Ismail, Penyair dan Budayawan

“Berapapun orang menulis tentang nama Mohammad Natsir, 70 tahun, 80 tahun, atau 100 tahun, beliau makin hidup. Maka sepatutnya, umat Islam khususnya dan rakyat Indonesia pada umumnya, banyak belajar dari beliau. Dalam bidang pendidikan, politik, masalah-masalah keislaman, beliau multi talenta. Sekali lagi, beliau tidak akan mati. Saya mengagumi beliau, dan sampai hari ini saya masih belajar pada beliau.”

Prof. Dr. Ir. H.A.M Saefuddin, Ketua Pembina Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII).

"Rasanya sudah tidak diperlukan lagi uraian mengenai Mohammad Natsir -- meski hanya sehalaman dua halaman. Karena memang sudah banyak buku yang ditulis tentang sosok banyak buku yang ditulis tentang sosok politisi, negarawan, dan pendidik muslim yang berintegritas ini. Tapi karya Lukman Hakiem ini pengecualian. Eksepsional sebab ditulis dengan keseimbangan pikir dan batin yang luar biasa --usaha yang tidak mudah untuk memadukan fakta dan interpretasi, kritik dan penghargaan dalam soal subyek utama karya besar ini."

Prof. Dr. Bahtiar Effendy, Dosen Fisip UIN Jakarta

"M. Natsir hidup dan pribadi sederhana dan jauh dari kecintaan terhadap harta dan benda. Dia tidak mau "menghabisi" orang-orang yang sepaham dengannya, dengan menghalalkan segala cara. ia berpolitik dengan kata-kata sopan dan sepantasnya tanpa menimbulkan ketersinggungan pribadi. Di gedung DPR pada tahun 1950an, Natsir duduk di kantin, ngobrol sambil minum kopi dan tertawa bersama ketua PKI, D.N. Aidit. Semua orang tahu, pendirian dan pandangankedua tokoh itu ibarat bumi dengan langit, satu dengan lainnya hampir tidak ada titik temu."

Sabam Sirait, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPD RI)

Penulis : Lukman Hakiem
Penerbit : Pustaka Al-Kautsar
Isi: 656 halaman
Ukuran : 15,5 x 24 cm

Versi Soft Cover
Harga normal : Rp 150.000
Harga promo : Rp 133.500

Versi Hard Cover
Harga normal : Rp 185.000
Harga promo : Rp 162.800

Pemesanan :
Whatsapp 085311319907

Komentar